Sabtu, 26 Januari 2013

Makalah skripsi Alarm Kebakaran


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan, bimbingan dan dorongan dari Dosen Bahasa Indonesia kami. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Ahmad Bahtiar Zein, S.Pd, selaku Dosen Bahasa Indonesia.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
                                                                                                                 01 Januari 2013  
                                                                                                           Penulis



ERNO KURNIAWAN D
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. 1
Daftar Isi............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang.................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3. Batasan Penelitian............................................................................ 4
1.4. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
1.5. Manfaat Penelitian............................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................. 6
2.1. Fire Control Panel............................................................................. 6
2.2 Jenis Detektor................................................................................... .7
                        2.2.1. Detektor panas (heat detector)........................................... 7
                        2.2.2. Detektor Asap (smoke detector) .......................................... 8
                        2.2.3. Detektor nyala (flame detector) .......................................... 9
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................10
            3.1. Sistem Alarm Kebakaran..................................................................10
            3.2 Desain................................................................................................10
            3.3 Pemberitahuan Peralatan .................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................. ..13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Potensi kebakaran paling besar terjadi di permukiman padat penduduk dan disebabkan pencurian listrik. "Pencurian dan pemakaian listrik secara ilegal menjadi salah satu penyebab hubungan arus pendek," kata Isnawa[1].  Menurut dia, razia terhadap pencurian listrik sudah kerap dilakukan. Hanya, tindakan semacam ini tidak akan efektif sebagai solusi komprehensif. 

        Karena itu, Isnawa berharap, pemerintah bersama PLN membuat pilot project penggunaan listrik secara benar. “Ini sedang kami upayakan,” kata dia. Dia menyatakan jumlah penduduk di Kecamatan Tambora sebanyak 277.606 jiwa dengan luas wilayah 540.110 hektare. Tingkat kepadatan penduduk sebanyak 405 jiwa per hektare. Dari total 96 RW di kecamatan ini, 96 RW masuk kategori rawan kebakaran. “Bisa jadi sekarang jumlahnya sudah meningkat,” kata dia.

         Selama dua bulan terakhir, terjadi kebakaran hebat di wilayah Kecamatan Tambora. Pada Juli lalu, sedikitnya 158 rumah terbakar. Lalu, pada awal dan menjelang akhir Agustus ini, terjadi lagi kebakaran yang menghanguskan sekitar 50 rumah. Isnawa menambahkan, kebakaran yang selama ini terjadi di wilayahnya bukanlah karena unsur kesengajaan. “Kalau disengaja, tidak mungkin kami bantu untuk membangun rumah,” ujarnya.

1.2 PERUMUSAN MASALAH
Masalah deteksi kebakaran dapat dirumuskan sebagai berikut: dengan masukan berupa system pendeteksi panas berlebihan, sistem akan mendeteksi apakah ada kebakaran atau tidak disekitar HP tersebut, dan jika ada maka sistem akan memberitahu bahwa ada kebakaran di sekitar pemakai HP, dengan cara alarm. Keluaran dari sistem adalah posisi dari kebakaran yang berhasil dideteksi.

1.3  BATASAN MASALAH
Pada sistem deteksi kebakaran ini diberikan pembatasan masalah sebagai berikut:
·         Suhu yang di deteksi >600
·         Pemberitahuan menggunakan alaram, seperti halnya alarm kebakaran
·         Diusahakan aplikasi ini tidak menggunakan memory yg terlalu besar
·         Aplikasi ini menggunakan sensor panas


1.4  TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian pembuatan aplikasi pendeteksi kebakaran untuk mendeteksi panas yang berlebih di sekitan output, setelah terdeteksi maka system akan otomatis menyalakan alarm untuk mengingatkan pemilik.

1.5 MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk membangun sistem PENDETEKSI KEBAKARAN yang menyeluruh, yang bisa diaplikasikan pada sistem PENDETEKSI KEBAKARAN. Program aplikasi yang dibuat juga dapat dijadikan bahan untuk penelitian lebih lanjut di bidang yang berkaitan.
Dengan penyesuaian tertentu, metode yang digunakan mungkin dapat juga dimanfaatkan untuk sistem deteksi objek secara umum yang tidak hanya terbatas pada KEBAKARAN, misalnya deteksi kendaraan, pejalan kaki, bahan produksi, dan sebagainya.





BAB II
LANDASAN TEORI

Aspek penting dari  sistem deteksi dan alarm kebakaran antara lain :
2.1.   Fire Control Panel
Fire Control Panel bertanggung jawab untuk memantau "input" Alarm dari pendeteksi manual maupun otomatis. Ada dua macam Fire Control Panel, yaitu sistem konvensional dan alamat
Pada Fire Control Panel sistem konvensional terdapat 1 atau lebih rangkaian detektor (network) di dalam bangunan atau ruang yang dipantau, dimana masing-masing network ditempatkan satu atau lebih alat deteksi. Keuntungan dari sistem konvensional adalah bahwa sistem ini relatif sederhana untuk bangunan ukuran kecil, serta perawatannya tidak memerlukan pelatihan khusus. Kerugiannya adalah bahwa untuk bangunan besar, sistem konvensional mahal untuk dipasang karena banyak kabel yang dibutuhkan untuk memonitor dengan akurat. Jika suatu kesalahan terjadi (trouble) hanya menyatakan bahwa network telah gagal beroperasi, tetapi tidak secara rinci menyatakan di mana masalah sedang terjadi. 
Sedangkan pada Fire Control Panel sistem alamat (addressable), alat pemicu Alarm seperti detektor atau Manual Call Point diberi suatu identifikasi khusus atau "alamat". Alamat ini selalu diprogram berhubungan dengan memori pada Fire Control Panel dengan informasi antara lain: jenis alat, penempatannya, dan Alarm diharapkan aktif. Berkenaan dengan perawatan, sistem ini mempunyai keuntungan yaitu dapat memonitor status dari tiap detektor. Ketika detektor menjadi kotor, maka mikroprosesor mengenali suatu pengurangan kemampuan, dan memberi suatu peringatan untuk dilakukan perawatan. Kerugian utama dari Sistem Alamat adalah bahwa masingmasing sistem mempunyai karakteristik operasi unik tersendiri. Oleh karena itu, teknisi perawatan harus terlatih untuk masing-masing sistem.

2.2 Jenis Detektor

Detektor yang paling umum digunakan adalah:

2.2.1 Detektor panas (heat detector)

Detektor panas merupakan jenis alat pendeteksian api otomatis yang paling lama, paling murah dan mempunyai tingkat tanda bahaya “palsu” yang paling rendah dari semua pendeteksi otomatis, tetapi juga yang paling lambat di dalam merespon adanya kebakaran. Detektor panas dirancang untuk merasakan suatu perubahan suhu yang ditentukan oleh suatu material ketika timbul panas. Detektor panas tidak akan memulai suatu alarm sampai suhu udara melebihi suhu operasi yang dirancang.


2.2.2 Detektor Asap (smoke detector)

Suatu detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat dibanding detektor panas.
Detektor asap dikenali dari prinsip operasinya, yakni: sensor ionisasi dan fotoelektrik. 
Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah kecil bahan radioaktif americium yang dilekatkan pada suatu lembaran matriks emas di dalam suatu kamar ionisasi. americium pada detektor asap akan mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber) pengindera, memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara antara dua muatan elektroda. Hal ini memberi kamar pengindera suatu efek aliran listrik. Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap tesebut akan mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan diri pada ion, yang menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari tingkat yang ditetapkan, maka detektor akan merespon.
Di dalam detektor asap sensor fotoelektrik, suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur sedemikian sehingga sinar dari sumber cahaya tidak menumbuk sensor cahaya. Ketika partikel asap masuk alur cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, menyebabkan detektor untuk mengaktifkan suatu bunyi Alarm.

2.2.3 Detektor nyala (flame detector)

Suatu detektor nyala merespon energi tampak mata (4000 - 7700 Angstrom) atau energi di luar cakupan penglihatan manusia. Detektor ini sensitif terhadap bara api hangat, batubara, atau nyala api nyata yang menyebar energi dari intensitas dan kualitas spektral cukup untuk memulai respon detektor itu. Detektor nyala merupakan alat jenis line-of-sight yang spesifik dari cahaya (inframerah, tampak, dan ultra violet) yang dipancarkan oleh nyala api selama pembakaran.  Ketika detektor mengenali cahaya ini dari suatu api, kemudian detektor tersebut akan mengirimkan suatu sinyal untuk mengaktifkan alarm.







Gambar  1.  Koneksi pin detektor dengan panel control [2]


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sistem alarm kebakaran
Sebuah sistem alarm kebakaran otomatis dirancang untuk mendeteksi keberadaan yang tidak diinginkan dari api dengan memonitor perubahan lingkungan yang terkait dengan pembakaran . Secara umum, sistem alarm kebakaran yang diklasifikasikan sebagai otomatis ditekan, ditekan secara manual, atau keduanya. Sistem alarm kebakaran otomatis dimaksudkan untuk memberitahu penghuni bangunan untuk evakuasi jika terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya, melaporkan acara ke lokasi off-tempat dalam rangka untuk memanggil layanan darurat, dan untuk mempersiapkan struktur dan sistem yang terkait untuk mengontrol penyebaran api dan asap.
3.2. Desain
Setelah tujuan proteksi kebakaran yang ditetapkan - biasanya dengan referensi tingkat perlindungan yang minimum diamanatkan oleh kode bangunan model yang sesuai, agen asuransi, dan pihak berwenang lainnya - yang berjanji alarm kebakaran desainer untuk komponen detail spesifik, pengaturan, dan antarmuka yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut . Peralatan khusus diproduksi untuk tujuan yang dipilih dan metode instalasi standar diantisipasi selama desain. Di Amerika Serikat, NFPA 72, Kode Api Nasional Alarm adalah standar instalasi yang mapan dan banyak digunakan.
EN 54 adalah standar wajib di Uni Eropa untuk deteksi Api dan sistem alarm kebakaran. Setiap produk untuk sistem alarm kebakaran. harus tanda CE dengan EN 54 standar yang akan dikirimkan dan dipasang di setiap negara Uni Eropa . itu adalah standar yang digunakan secara luas di seluruh dunia.

3.3 Pemberitahuan Peralatan
·         Audible, terlihat, taktil, rangsangan tekstual atau bahkan penciuman ( odorizer ) [3][4] untuk mengingatkan penghuni. Sinyal Evakuasi dapat terdiri dari peralatan terdengar atau terlihat dengan nada terdengar berbeda atau speaker untuk memberikan petunjuk langsung atau pra-rekaman untuk penghuni.
·         Di Amerika Serikat, sinyal alarm kebakaran evakuasi umumnya terdiri dari nada temporal yang standar 3 kode terdengar, dengan pemberitahuan visual di semua area publik dan penggunaan umum. Sinyal darurat dimaksudkan untuk menjadi berbeda dan dimengerti untuk menghindari kebingungan dengan sinyal lain.
Metode lain meliputi:
·         Audible tekstual peralatan, yang digunakan sebagai bagian dari sistem alarm kebakaran yang mencakup Darurat Voice Alarm Komunikasi (EVAC) kemampuan. Speaker keandalan yang tinggi yang digunakan untuk memberitahu penghuni perlunya tindakan sehubungan dengan kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Speaker ini bekerja di fasilitas besar di mana evakuasi diarahkan umum dianggap tidak praktis atau tidak diinginkan. Sinyal dari speaker yang digunakan untuk mengarahkan respon penghuni. Sistem ini dapat dikendalikan dari satu atau lebih lokasi dalam gedung dikenal sebagai Stasiun Api Wardens, atau dari satu lokasi yang ditunjuk sebagai Pusat Komando Api bangunan. Pembicara secara otomatis digerakkan oleh sistem alarm kebakaran di acara api, dan mengikuti nada pra-peringatan, kelompok-kelompok tertentu dari speaker dapat mengirimkan satu atau lebih pesan rekaman mengarahkan penghuni untuk keselamatan. Pesan-pesan ini dapat diulang dalam satu atau lebih bahasa. Personil terlatih mengaktifkan dan berbicara ke dalam mikrofon khusus dapat menekan replay pesan otomatis dalam rangka untuk memulai atau instruksi waktu estafet nyata suara. [5]




DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Fire_alarm_system&usg=ALkJrhi9dnBEK9Dn4_ndMeOGAueAfyeVFA#cite_note-NFPA_805-3

http://en.wikipedia.org/wiki/Fire_alarm_system&usg=ALkJrhi9dnBEK9Dn4_ndMeOGAueAfyeVFA#cite_note-NFPA_12-4

http://en.wikipedia.org/wiki/Fire_alarm_system&usg=ALkJrhi9dnBEK9Dn4_ndMeOGAueAfyeVFA#cite_note-18th_Edition-5





[1] Penyebab kebakaran di ibu kota. Kompas, 21 Januari 2011
[2] http://www.batan.go.id/ptbn/php/pdf-publikasi/HP2006/39-SULI.pdf&q=sistem+alarm+kebakaran&ei=dGz6UIboBI2Qrgfw-YCAAw&usg=AFQjCNFaeqCycAFjtxbFnEKxKEn9IEhNZQ
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Fire_alarm_system&usg=ALkJrhi9dnBEK9Dn4_ndMeOGAueAfyeVFA#cite_note-NFPA_805-3
[4] http://en.wikipedia.org/wiki/Fire_alarm_system&usg=ALkJrhi9dnBEK9Dn4_ndMeOGAueAfyeVFA#cite_note-NFPA_12-4
[5] http://en.wikipedia.org/wiki/Fire_alarm_system&usg=ALkJrhi9dnBEK9Dn4_ndMeOGAueAfyeVFA#cite_note-18th_Edition-5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar