KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah
yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Selama
penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh bantuan, bimbingan dan
dorongan dari Dosen Bahasa Indonesia kami. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.
Bapak Ahmad Bahtiar Zein, S.Pd, selaku Dosen Bahasa Indonesia.
Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih dan berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
01 Januari 2013
Penulis
ERNO KURNIAWAN D
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..................................................................................................
1
Daftar
Isi.............................................................................................................
2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................
3
1.1. Latar Belakang..................................................................................
3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................
4
1.3. Batasan Penelitian............................................................................
4
1.4. Tujuan Penelitian..............................................................................
5
1.5. Manfaat Penelitian............................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI.................................................................................
6
2.1. Fire Control Panel.............................................................................
6
2.2 Jenis Detektor...................................................................................
.7
2.2.1. Detektor panas (heat detector)........................................... 7
2.2.2. Detektor Asap (smoke detector) .......................................... 8
2.2.3. Detektor nyala (flame detector) ..........................................
9
BAB III
PEMBAHASAN......................................................................................10
3.1. Sistem Alarm
Kebakaran..................................................................10
3.2
Desain................................................................................................10
3.3 Pemberitahuan Peralatan .................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................. ..13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Potensi kebakaran paling besar terjadi di
permukiman padat penduduk dan disebabkan pencurian listrik. "Pencurian dan pemakaian listrik
secara ilegal menjadi salah satu penyebab hubungan arus pendek," kata
Isnawa. Menurut dia, razia terhadap pencurian listrik
sudah kerap dilakukan. Hanya, tindakan semacam ini tidak akan efektif sebagai
solusi komprehensif.
Karena itu, Isnawa berharap, pemerintah bersama
PLN membuat pilot project penggunaan listrik secara benar. “Ini sedang kami
upayakan,” kata dia. Dia menyatakan jumlah penduduk di Kecamatan
Tambora sebanyak 277.606 jiwa dengan luas wilayah 540.110 hektare. Tingkat
kepadatan penduduk sebanyak 405 jiwa per hektare. Dari total 96 RW di kecamatan ini, 96
RW masuk kategori rawan kebakaran. “Bisa jadi sekarang jumlahnya sudah
meningkat,” kata dia.
Selama dua bulan terakhir, terjadi kebakaran
hebat di wilayah Kecamatan Tambora. Pada Juli lalu, sedikitnya 158 rumah
terbakar. Lalu, pada awal dan menjelang akhir Agustus ini, terjadi lagi
kebakaran yang menghanguskan sekitar 50 rumah. Isnawa menambahkan, kebakaran yang selama ini terjadi di
wilayahnya bukanlah karena unsur kesengajaan. “Kalau disengaja, tidak mungkin
kami bantu untuk membangun rumah,” ujarnya.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Masalah deteksi kebakaran dapat
dirumuskan sebagai berikut: dengan masukan berupa system pendeteksi panas berlebihan, sistem akan mendeteksi apakah ada kebakaran atau tidak disekitar HP tersebut, dan jika ada maka sistem akan memberitahu bahwa ada kebakaran di sekitar pemakai HP, dengan cara alarm. Keluaran dari sistem adalah posisi dari kebakaran yang
berhasil dideteksi.
1.3 BATASAN MASALAH
Pada sistem deteksi kebakaran ini
diberikan pembatasan masalah sebagai berikut:
·
Suhu yang di
deteksi >600
·
Pemberitahuan
menggunakan alaram, seperti halnya alarm kebakaran
·
Diusahakan
aplikasi ini tidak menggunakan memory yg terlalu besar
·
Aplikasi ini
menggunakan sensor panas
1.4
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan penelitian pembuatan aplikasi
pendeteksi kebakaran untuk mendeteksi panas yang berlebih di sekitan output,
setelah terdeteksi maka system akan otomatis menyalakan alarm untuk
mengingatkan pemilik.
1.5 MANFAAT
PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai langkah awal untuk membangun sistem PENDETEKSI KEBAKARAN yang menyeluruh, yang bisa diaplikasikan pada sistem PENDETEKSI KEBAKARAN. Program aplikasi yang dibuat juga dapat dijadikan bahan untuk penelitian
lebih lanjut di bidang yang berkaitan.
Dengan penyesuaian tertentu, metode yang
digunakan mungkin dapat juga dimanfaatkan untuk sistem deteksi objek secara
umum yang tidak hanya terbatas pada KEBAKARAN, misalnya deteksi kendaraan, pejalan kaki,
bahan produksi, dan sebagainya.
BAB II
LANDASAN
TEORI
Aspek
penting dari sistem deteksi dan alarm kebakaran antara lain :
2.1. Fire
Control Panel
Fire Control
Panel bertanggung jawab untuk memantau
"input" Alarm dari pendeteksi manual maupun
otomatis. Ada dua macam Fire Control
Panel, yaitu sistem konvensional dan alamat.
Pada Fire
Control Panel sistem konvensional terdapat 1 atau lebih rangkaian detektor (network)
di dalam bangunan atau ruang yang dipantau, dimana masing-masing network ditempatkan satu atau lebih alat
deteksi. Keuntungan dari sistem konvensional adalah bahwa sistem ini relatif
sederhana untuk bangunan ukuran kecil, serta perawatannya tidak memerlukan
pelatihan khusus. Kerugiannya adalah bahwa untuk bangunan besar, sistem
konvensional mahal untuk dipasang karena banyak kabel yang dibutuhkan untuk
memonitor dengan akurat. Jika suatu kesalahan terjadi (trouble) hanya menyatakan bahwa network
telah gagal beroperasi, tetapi tidak secara rinci menyatakan di mana masalah
sedang terjadi.
Sedangkan pada Fire Control Panel sistem alamat (addressable), alat pemicu Alarm
seperti detektor atau Manual Call Point
diberi suatu identifikasi khusus atau "alamat". Alamat ini selalu
diprogram berhubungan dengan memori pada Fire
Control Panel dengan informasi
antara lain: jenis alat, penempatannya, dan Alarm
diharapkan aktif. Berkenaan dengan perawatan, sistem ini mempunyai keuntungan
yaitu dapat memonitor status dari tiap detektor. Ketika detektor menjadi kotor,
maka mikroprosesor mengenali suatu pengurangan kemampuan, dan memberi suatu
peringatan untuk dilakukan perawatan. Kerugian utama dari Sistem Alamat adalah
bahwa masingmasing sistem mempunyai karakteristik operasi unik tersendiri. Oleh
karena itu, teknisi perawatan harus terlatih untuk masing-masing sistem.
2.2 Jenis Detektor
Detektor
yang paling umum digunakan adalah:
2.2.1 Detektor panas (heat detector)
Detektor panas merupakan jenis alat pendeteksian
api otomatis yang paling lama, paling murah dan mempunyai tingkat tanda bahaya
“palsu” yang paling rendah dari semua pendeteksi otomatis, tetapi juga yang
paling lambat di dalam merespon adanya kebakaran. Detektor panas dirancang
untuk merasakan suatu perubahan suhu yang ditentukan oleh suatu material ketika
timbul panas. Detektor panas tidak akan memulai suatu alarm sampai suhu udara melebihi suhu operasi yang dirancang.
2.2.2 Detektor Asap (smoke detector)
Suatu detektor asap akan mendeteksi kebakaran jauh lebih cepat
dibanding detektor panas.
Detektor asap dikenali dari prinsip
operasinya, yakni: sensor ionisasi dan fotoelektrik.
Detektor asap sensor ionisasi berisi sejumlah
kecil bahan radioaktif americium yang dilekatkan pada suatu lembaran matriks
emas di dalam suatu kamar ionisasi. americium pada detektor asap akan
mengionisasikan udara di dalam kamar (chamber)
pengindera, memberikan daya konduksi dan suatu aliran arus melalui udara antara
dua muatan elektroda. Hal ini memberi kamar pengindera suatu efek aliran
listrik. Apabila partikel asap masuk daerah ionisasi, maka asap tesebut akan
mengurangi aliran listrik udara dengan menempelkan diri pada ion, yang
menyebabkan pengurangan gerak ion. Ketika arus listrik kurang dari tingkat yang
ditetapkan, maka detektor akan merespon.
Di dalam detektor asap sensor fotoelektrik,
suatu sumber cahaya dan sensor cahaya diatur sedemikian sehingga sinar dari
sumber cahaya tidak menumbuk sensor cahaya. Ketika partikel asap masuk alur
cahaya, sebagian dari cahaya menyebar dan mengarah ke sensor, menyebabkan
detektor untuk mengaktifkan suatu bunyi Alarm.
2.2.3 Detektor nyala (flame detector)
Suatu detektor nyala merespon energi tampak
mata (4000 - 7700 Angstrom) atau energi di luar cakupan penglihatan manusia.
Detektor ini sensitif terhadap bara api hangat, batubara, atau nyala api nyata
yang menyebar energi dari intensitas dan kualitas spektral cukup untuk memulai
respon detektor itu. Detektor nyala merupakan alat jenis line-of-sight yang spesifik dari cahaya (inframerah, tampak, dan
ultra violet) yang dipancarkan oleh nyala api selama pembakaran. Ketika detektor mengenali cahaya ini dari
suatu api, kemudian detektor tersebut akan mengirimkan suatu sinyal untuk mengaktifkan
alarm.
Gambar 1. Koneksi pin detektor dengan panel
control
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Sistem alarm kebakaran
Sebuah sistem
alarm kebakaran otomatis
dirancang untuk mendeteksi keberadaan yang tidak diinginkan dari api dengan memonitor perubahan lingkungan yang
terkait dengan pembakaran . Secara
umum, sistem alarm kebakaran yang diklasifikasikan sebagai otomatis ditekan,
ditekan secara manual, atau keduanya. Sistem
alarm kebakaran otomatis dimaksudkan untuk memberitahu penghuni bangunan untuk
evakuasi jika terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya, melaporkan acara
ke lokasi off-tempat dalam rangka untuk memanggil layanan darurat, dan untuk
mempersiapkan struktur dan sistem yang terkait untuk mengontrol penyebaran api
dan asap.
3.2. Desain
Setelah tujuan proteksi
kebakaran yang ditetapkan - biasanya dengan referensi tingkat perlindungan yang
minimum diamanatkan oleh kode bangunan model yang sesuai, agen asuransi, dan
pihak berwenang lainnya - yang berjanji alarm kebakaran desainer untuk komponen
detail spesifik, pengaturan, dan antarmuka yang diperlukan untuk mencapai
tujuan tersebut . Peralatan
khusus diproduksi untuk tujuan yang dipilih dan metode instalasi standar
diantisipasi selama desain. Di
Amerika Serikat, NFPA 72, Kode Api Nasional Alarm adalah standar instalasi yang mapan
dan banyak digunakan.
EN 54 adalah standar wajib di Uni
Eropa untuk deteksi Api dan sistem alarm
kebakaran. Setiap produk
untuk sistem alarm kebakaran. harus tanda
CE dengan EN 54 standar yang akan dikirimkan dan dipasang di setiap negara Uni
Eropa . itu adalah standar yang digunakan
secara luas di seluruh dunia.
3.3 Pemberitahuan Peralatan
·
Audible,
terlihat, taktil, rangsangan tekstual atau bahkan penciuman ( odorizer ) untuk mengingatkan penghuni. Sinyal Evakuasi dapat terdiri dari
peralatan terdengar atau terlihat dengan nada terdengar berbeda atau speaker
untuk memberikan petunjuk langsung atau pra-rekaman untuk penghuni.
·
Di Amerika
Serikat, sinyal alarm kebakaran evakuasi umumnya terdiri dari nada temporal
yang standar 3 kode terdengar, dengan pemberitahuan visual di semua area publik
dan penggunaan umum. Sinyal darurat
dimaksudkan untuk menjadi berbeda dan dimengerti untuk menghindari kebingungan
dengan sinyal lain.
Metode lain meliputi:
·
Audible tekstual
peralatan, yang digunakan sebagai bagian dari sistem alarm kebakaran yang
mencakup Darurat Voice Alarm Komunikasi (EVAC) kemampuan. Speaker keandalan yang tinggi yang
digunakan untuk memberitahu penghuni perlunya tindakan sehubungan dengan
kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Speaker
ini bekerja di fasilitas besar di mana evakuasi diarahkan umum dianggap tidak
praktis atau tidak diinginkan. Sinyal
dari speaker yang digunakan untuk mengarahkan respon penghuni. Sistem ini dapat dikendalikan dari
satu atau lebih lokasi dalam gedung dikenal sebagai Stasiun Api Wardens, atau
dari satu lokasi yang ditunjuk sebagai Pusat Komando Api bangunan. Pembicara secara otomatis digerakkan
oleh sistem alarm kebakaran di acara api, dan mengikuti nada pra-peringatan,
kelompok-kelompok tertentu dari speaker dapat mengirimkan satu atau lebih pesan
rekaman mengarahkan penghuni untuk keselamatan. Pesan-pesan ini dapat diulang dalam
satu atau lebih bahasa. Personil
terlatih mengaktifkan dan berbicara ke dalam mikrofon khusus dapat menekan
replay pesan otomatis dalam rangka untuk memulai atau instruksi waktu estafet
nyata suara.
DAFTAR
PUSTAKA